Friday 22 October 2010

Entertainer Jalanan

ngamen dek?

ia bang...

banyak nih dapetnya?

yah, segini deh bang....

emank kamu gak sekolah?

kan masuk pagi bang...

oh.....

dengan tatapan mata yang terlihat malu dan agak sungkan lalu segera meninggalkan tempat di mana mereka baru saja menghitung sejumlah koin dan beberapa lembar uang ribuan rupiah. baru saja mereka turun dari sebuah angkutan kota di tengah panas cuaca yang memanggang. nampak serius ketika menghitung jumlah yang diperoleh sambil sesekali berbincang soal pengalaman yang dihadapi hari ini.

usia yang masih setingkatan anak SD, kira-kira kelas 5 atau 6. rambut agak pirang, kulit wajah yang agak legam ditempeli debu dan pasir jalanan. baju yang basah oleh keringat lalu mengering kembali meninggalkan jejak aroma kurang sedap mereka anggap sebagai habitat yang nyata dan sedemikian adanya.

mimik wajah mereka masih penuh dengan keluguan, tanpa ada yang ditutupi. mungkin kita bisa bayangkan betapa kerasnya hidup dijalanan. tapi mereka telah mendapatkan tempatnya disana. mereka mendapatkan tetesan rejeki dari rasa iba para pengguna jasa angkot. mereka dapati diri mampu membiayai keperluan hidup sendiri dalam usia relatif dini.

dalam lingkungan ini yang mereka tahu adalah, hidup bermula dari jalanan. kelak bila beruntung bisa menjadi manusia yang lebih bermartabat dan lebih mulia status socialnya. ini lah yang dikatakan proses menuju manusia yang layak kelak. tapi kepastian sama sekali tidak ada. keberuntungan dan nasib baik adalah sandaran kesadaran hidup ini. berdoa, berusaha dan belajar di sekolah adalah elemen-elemen penting bagi setiap insan yang ingin hidup lebih baik di masa mendatang.

sebuah potret negara berkembang, bangsa yang tertatih-tatih menjalani hidup keseharian. hidup sangat keras. kemiskinan adalah air laut di mana manusia sebagai ikan-ikan yang berenang kian kemari beraktivitas sehari-hari. sampai kapan talenta dan kemauan serta minat mereka akan terpenjara dalam kondisi seperti ini.

padahal mereka adalah insan-insan yang masing-masing mempunyai karakter dan keunggulan masing-masing. tidak ada konsultan bakat dan psikolog yang mengetahui talenta mereka. tidak ada kritikus sastra yang tahu betapa mungkin di antara mereka adalah sosok ws Rendra muda. tidak ada yang bisa tahu... tidak ada.... selama kemiskinan memenjara kehidupan bangsa dan negara.

No comments:

Post a Comment