Thursday 28 October 2010

Sumpah Pemuda: Munculnya Tokoh-tokoh Berlatar Belakang Priyayi

Apa yang ada dalam benak sewaktu mendengar kata bersatu? Kata ini menjadi akrab saat moment seperti sumpah pemuda sejarah yang kita ketahui bersama. Didalamnya terdapat trilogy mengenai unite soal bahasa, bangsa dan tanah air. Lalu bagaimana implementasi saat terkini? Adakah kita temui kemanfaatan dalam kata-kata sakti persatuan yang juga tertera dalam sila ke-3 pancasila sebagai falsafah nusantara dalam bernegara?

tugu di kebun raya Bogor
Kesatuan sering memunculkan makna yang tidak mengenakkan bagi sebagian elemen bangsa yang merasa minoritas. Kesatuan memunculkan trauma penyeragaman, pemaksaan kehendak atas yang berkuasa kepada yang marginal, atas mayoritas kepada minoritas, atas mereka yang berpengaruh kepada yang minim akses kekuasaan. Muncul sekat yang tidak “mengenakkan”. Muncul kecurigaan-kecurigaan akibat kesenjangan strata dalam hidup bermasyarakat.

Kemajemukan ini sering disebut sebagai kekayaan, karena mengandung keragaman dan perluasan dari kata kreativitas. Gembar-gembor istilah ini sering menuai arti egosentris, primordialitas, language sentries, dan akhirnya gejala stereotype antar elemen yang berbeda menjadi hal yang tak terbendung.

Interaksi social kini yang metropolitan, ternyata harus diakui, disana terdapat separation berdasarkan bahasa daerah dan pandangan pertama interaksi itu kepada ciri warna kulit dan jenis fisik tertentu.

Ini tidak mengapa bila sudah terjadi karena memang demikianlah adanya seseorang hidup selalu memaknai diri dan orang lain disekitarnya. Tiap diri juga berhak membentuk opini atas apa yang ia anggap benar dan yakini atau bisa jadi itu semua berangkat dari sebuah keyakinan dan idealisme tertentu.

bogor palace
Lalu ada sejarah, bahwa sumpah pemuda yang dilangsungkan pada 28 october 1928 itu dihadiri oleh utusan dari organisasi-organisasi kedaerahan yang bisa kita lihat dari nama-nama daerah: jong java, jong batak, jong ambon, jong Celebes, jong sumatranen bond, jong islamieten bond, sekar rukun, PPPI, pemuda kaum betawi, dansebagainya. Bisakah kini kita belajar dari sejarah keberagaman lalu menjadi karakter sumpah pemuda yang terkenal juga sebagai kebangkitan bangsa tersebut?

Mari kita tengok situasi paradigma berfikir para pelajar yang hidup di tanah air. Menjadi insan-insan terpelajar berarti upaya mendudukkan manusia sebagai manusia yang berfikir, sebagai manusia yang sistemis, rasional, kalkulatif, bijak dalam arti berwawasan luas, dan implementasi dari olah pikir yang terlihat dari hasil apa yang muncul nantinya.

Mereka yang belajar dari waktu ke waktu akan menjadi manusia yang resah karena tahunya lalu menjadi semakin ingin tahu dari beberapa pengetahuan yang telah ia raih. Rasa ingin tahu lalu dibantu dengan alat sistematis dan tertulis untuk mengukur dan mengatur segala temuan.

Mereka para pelopor sumpah pemuda adalah para pelajar yang mengetahui sebuah kejadian kolonialis yang mendera bumi pertiwi di mana mereka dilahirkan. Lalu ada perbandingan akan peradaban yang merdeka di seberang sana dengan gambaran yang menyejukkan tentang tatanan kehidupan manusia yang benar-benar manusiawi, tertata dan diurus sebaik-baiknya oleh para anak bangsanya.

Saat itu, orang Belanda murni dapat menempati posisi-posisi strategis dalam pemerintahan dengan gaji yang besar. Berbeda bila dibandingkan dengan penduduk keturunan atau orang asli pribumi Hindia Belanda yang pasti akan rela menerima upah yang lebih rendah. pada tahun 1912 Douwes Dekker bersama-sama dengan Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (KH Dewantara) mendirikan partai berhaluan nasionalis inklusif bernama indische partij (Partai Hindia). Kampanye ke beberapa kota menghasilkan anggota berjumlah sekitar 5000 orang dalam waktu singkat. Semarang mencatat jumlah anggota terbesar, diikuti Bandung. Partai ini sangat populer di kalangan orang Indo, dan diterima baik oleh kelompok Tionghoa dan pribumi, meskipun tetap dicurigai pula karena gagasannya yang radikal. Partai yang anti-kolonial dan bertujuan akhir kemerdekaan Indonesia ini dibubarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda setahun kemudian, 1913 karena dianggap menyebarkan kebencian terhadap pemerintah.

Mereka juga ingin begitu. Mereka ingin meraih penghidupan yang layak, ketenangan pencarian intelektualitas yang sentosa tanpa belenggu orang asing yang nyata-nyata menggerogoti arti dari kedaulatan.

Kajian komparasi para pelajar ini, dengan darah muda yang seperti dilantunkan raja dangdut: “yang selalu merasa bangga dan tak pernah mau mengalah”, memicu hasrat untuk dapat eksist di tengah-tengah dunia yang seharusnya duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Lalu bagaimana untuk dapat eksist di tengah-tengah dunia? United, bersatu, mengedepankan organisasi bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Demikian, kekayaan etnis dan latar belakang ini yang ditandai dengan penyebutan jong, istilah yang diperkenalkan oleh Soekarno, menjadi lebur dalam kongres pemuda yang dikenal dengan sumpah pemuda ini. Yang menjadi poin penting dalam tiap SDM saat itu adalah kekuatan philosophy akan makna sebuah berpengetahuan, makna dari keteraturan atau sistematisasi seperti tersebut dalam disiplin ilmu, harga dari wawasan dan mempunyai tahu, harkat dan memaknai kesetaraan tiap manusia karena akal budi.

Kini mereka eksist dengan peleburan dalam sumpah pemuda yang mereka rencanakan, atur rapih sedemikian rupa, selenggarakan dalam tata tertib yang mereka sadari betul akan kemanfaatannya. Eksistensi serupa ini adalah perwujudan untuk memperoleh pengakuan dari banyak kalangan lintas tempat dan waktu. Terbukti kini kongres itu menjadi sejarah yang terukir dengan tinta emas akan peletak penting munculnya bangsa berdaulat dengan tokoh-tokoh yang terlahir nantinya.

theatrical students of Indonesia united 24oct '10
Mereka membentuk sesuatu. Mereka mengorganisir sesuatu, menyajikan dengan cara organisatoris dengan pendukung dari banyak pihak berbagai latar belakang culture dan bahasa. Keberagaman tidak dicampakkan tapi menjadi basis dari segala kekuatan untuk berdirinya suatu organisasi. Setelah kongres 28 oktober mereka kembali menjadi manusia-manusia dari mana mereka berasal, beraktivitas, berkehidupan, namun telah meninggalkan catatan-catatan penting atas momen kebersamaan yang padukan bersama. Catatan-catatan ini menjadi awal akan pekerjaan bagi panitia dan pengurus untuk menindaklanjuti hasil-hasil itu. Dokumen-dokumen diinventarisir bahkan kini ada di rak-rak gedung sejarah dengan penempatan khusus tentang nilainya yang besar akan terbentuknya suatu Negara.

Pertemuan itu menghasilkan consensus yang relative baik dapat diakomodasi oleh individu yang kemudian kita kenal sebagai tokoh-tokoh sumpah pemuda dan menjadi bapak pendiri bangsa sampai saat sekarang, sebut saja: Sugondo djojopuspito selaku ketua kongres setelah disetujui oleh ketua PPI di Belanda Muh. Hatta dan Ir. Soekarno di Bandung, Muhamad Yamin, Sunario, sampai WR Supratman yang publikasi lagu Indonesia Rayanya pertama kali melalui instrumental dengan violin. Sumpah pemuda adalah titik awal bangkitnya nusantara menjadi bangsa untuk kemudian menjadi Negara.

theatrical student of Indonesia united 24 oct'10
Ada satu latar belakang penting akan munculnya kongres besar bersejarah ini. Mereka para pelajar ini, rata-rata mempunyai latar belakang keluarga priyayi atau kelas menengah atas. Dengan adanya politik etis atau politik balas budi dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.  Seperti kita maklumi pendidikan di masa colonial Belanda atau hindia belanda, hanya memungkinkan diperoleh bagi keluarga yang bekerja sebagai pekerja dan staf-staf pemerintahan hindia belanda. Mereka bahkan dibiayai oleh pemerintah colonial pada masa itu untuk memperoleh pendidikan layak dalam kaitannya mendidik dan melatih tenaga-tenaga berkualitas di bawah naungan pemerintah Belanda yang berada di Holland.

Beberapa SDM unggulan bahkan sampai disekolahkan ke Belanda untuk memperoleh pendidikan yang fasilitas dan akomodasinya lebih memungkinkan bagi SDM tersebut untuk lebih maju. Sebut saja ki Hadjar Dewantara berlatar keraton Yogyakarta di Belanda ia memperoleh Europeesche Akte, Dr. Muh Hatta, Sutan Syahrir, Dr. Tjipto Mangunkoesoemo, Dr. Danudirja setiabudi atau Douwes Dekker.
sumber bacaan: wiki ttg sumpah pemuda

No comments:

Post a Comment